Postingan

Review Novel We Versus The Word

Gambar
REVIEW NOVEL WE VERSUS THE WORD Judul: We Versus The Word Penulis: Stanley Meulen Penerbit: Wahyumedia Halaman: 302, 12,7 x 19 cm ISBN: 979-795-727-6 Tahun: 2013 Membaca novel ini seperti mengajak pembaca untuk kembali menikmati masa muda, masa ABG. Kisah cinta seorang Jeremy kepada seorang model bernama Sera Karina yang masih sangat ababil (ABG labil). Cinta yang menurut saya sangat menggelitik, karena terpaut oleh perbedaan usia yang cukup jauh. “Kadang cinta gak pernah memberikan alasan apa pun untuk di jalani (hal 44).” Perbedaan usia 13 tahun bukanlah penghalang untuk Jeremy yang begitu tulus kepada gadis yang sangat ABG. Konflik percintaan pada seorang anak SMA sangat menguji emosi Jeremy. Putus-sambung menjadi konflik yang semakin membuat pembaca menjadi penasaran. Bahasa gaul ala anak ABG adalah gaya menulis yang digunakan oleh penulis. Dari novel ini kita akan tahu bagaimana pergaulan seorang Jeremy yang tinggal di kota metropolitan. Selain itu, pembaca ikut mera

Restu

Gambar
“Kenapa kau masih di sini?” Aku menunduk, enggan menatap wajahnya. Kupandangi padang ilalang yang mulai menguning di depan sana. Embusan angin senja mulai terasa menusuk kulit-dingin. Kulipat kedua tangan dan menyilangkannya di dada. “Apa kau benar-benar ingin sendiri?” tanya laki-laki bertubuh tinggi dengan garis memesona, terlebih jambang tipis yang mempertegas ketampanannya. Laki-laki yang telah mengisi cerita hidupku selama dua tahun. “Bukan hanya sendiri, aku ingin kau pergi dari hidupku!” urat leherku menegang. Ada rasa benci yang masih hinggap di dada, namun ada rasa cinta yang tak mungkin bisa kupungkiri. Cinta yang selama ini telah terpatri. “Apa kau yakin dengan ucapanmu?” “Tentu!” tegasku. Tiba-tiba laki-laki itu menarik lenganku. Merengkuh tubuhku dalam pelukan eratnya. Aku berusaha melepaskan tubuhku darinya. Tapi, dia semakin erat memelukku, hingga aku dapat merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Nafasnya memburu, sedangkan manik matanya masih m

PERPISAHAN

Gambar
Perpisahan Entah kenapa kata ini menjadi hal yang menakutkan untuk saya fikirkan. Yang terlintas dalam fikiran ketika mendengar kata ini adalah, air mata, kesedihan, tangis, sepi, sendiri. Padahal sejatinya jika ada pertemuan maka akan ada perpisahan. Bukankah seperti itu? Jika ada awal pasti ada akhir. Itu sudah menjadi hukum alam. Tapi tetap saja saya benci dengan kata perpisahan Karena disitu saya selalu meneteskan air mata. Terlebih berpisah dengan orang yang kita sayangi. Dan saya sedih ketika saya memikirkan, akankah saya berpisah dengan teman-teman ODOP? Sudahlah saya tak mau berpikir macam-macam. Jika memang berpisah untuk hal yang lebih baik lagi, kenapa tidak. Saya berharap para senior dan kakak pijr, tidak akan meninggalkan adik-adiknya. Kita sudah seperti keluarga. Jadi jujur ketika ada kata perpisahan saya merasa sedih. #30DWC #Day30 #ODOP

CURHATAN HATI IBU

Gambar
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2083281791700409&id=100000558244498 Ini adalah curhatan seorang ibu yang hatinya terluka. Seorang ibu yang menangis ketika putri kecilnya dibentak oleh orang lain dengan ucapan sampah. Nana bukanlah seorang ibu yang sempurna. Dia mempunyai begitu banyak kekurangan. Namun, seperti hal nya ibu yang lainnya, dia pun mempunyai cita-cita memiliki anak yang solehah, anak yang berakhlak mulia, anak yang punya budi pekerti yang baik. Nana bertanya, apa ucapan "BANGSAT, BAJINGAN" pantas di ucapkan oleh laki-laki dewasa yang bukan siapa-siapanya, yang tidak pernah menafkahi, apalagi memberi jajan? Pantaskah ucapan itu ditunjukan pada seorang anak kecil berusia 4,5 tahun, yang sedang duduk sendiri bermain? Tanpa ada sebab, itu orang memaki-maki. Sebagai seorang ibu, Nana menegur halus. Ternyata tegurannya tak diindahkan, laki-laki itu masih terus mengulangi ucapannya hingga putrinya menangis. Apakah seorang ibu akan diam saja?

Pesona Kota Cirebon

Gambar
                         Foto: pinterest.com Cirebon adalah kota kelahiranku. Walau, aku tak pernah lama tinggal di kota itu. Seminggu-dua minggu, bahkan sehari atau dua hari saja menginap di kota Cirebon. Karena separuh usiaku telah dihabiskan di kota orang. Namun, tetap saja tanah kelahiran tak akan pernah bisa dilupakan. Disana banyak cerita yang tergores, banyak kisah yang tersimpan, dan ada kasih sayang yang terjaga hingga saat ini. Kasih sayang nenek dan keluarga besarku. Siapa sangka kota Cirebon adalah kota yang memiliki 7 pesona pariwisata yang saat ini menjadi prioritas kementerian untuk dipromosikan. Kota dengan julukan kota udang ini adalah, kota yang kaya akan objek wisata sejarah, tempat Ziarah, bahkan seni kebudayaan. Pesona apa sih yang terdapat di kota Cirebon? 1. Gua Sunyaragi (Kesambi) 2. Sentra kerajinan tembikar 3. Topeng Cirebon 4. Batik Katura 5. Kerajinan kerang 6. Pasar tradisional 7. Kasepuhan dan Kanoman Selain 7 pesona yang menjadi daya

Murid kecilku

Gambar
Foto: pinterest.com Anak-anak masih asik bermain. Diantaranya ada yang sedang bermain lompat tali. Ada juga yang sedang bermain kucing-kucingan. Semua tampak bahagia, meniknati waktu bermain disela-sela istirahat mereka. Tiba-tiba mataku terpaku pada Aliya, anak kecil berusia sembilan tahun. Aliya duduk sendiri di teras rumah, wajahya muram. Perlahan kuhampiri Aliya, mengajaknya tersenyum. Tapi, dia sama sekali tak memperdulikan kehadiranku. Pandangannya kosong. Kududuk di samping Aliya, dan mulai menepuk pelan pundaknya. Dia terperangah, kaget. "Eeh kakak," ucapnya. "Kamu kenapa melamun? Kenapa nggak ikut bermain dengan teman-teman lainnya?" tanyaku. Dia hanya menggeleng, tak lama kemudian menundukan pandangannya. "Apa ada masalah? Ceritalah pada kakak." Aku berusaha membujuk Aliya. "Ka apa benar aku anak bodoh?" tatapan matanya sangat polos. "Kata siapa? Kamu pintar. Buktinya kamu sekarang sudah hafal surat-surat pe

Pertemuan kedua

Gambar
"Sejak kapan kau tinggal di Jogja?" tanya Rendy. Ujung matanya melirik ke arah gadis yang sedang menatap keindahan Candi Borobudur di pagi hari. "Empat belas tahun yang lalu, tepatnya saat dulu kau pergi meninggalkanku." Zara masih sibuk dengan camera digitalnya. "Aku ...." Rendy menatap Zara yang saat itu masih berusaha menghindari tatapannya. "Kau masih mau menyangkal? Kau pergi bersama wanita lain disaat pertunangan kita akan dilaksanakan sepekan lagi. Kau jahat Rendy!" Suara Zara meninggi, urat lehernya menegang. Pikirannya melayang jauh pada bayangan kelam saat laki-laki yang ada di hadapannya pergi begitu saja dengan wanitanya. "Maafkan aku." Rendy menunduk. "Maaf? Bahkan saat ini aku tak peduli dengan permohonan maafmu Ren!" Zara melangkahkan kakinya, melihat-lihat deretan arca di dinding candi. Arca yang menjadi peninggalan sejarah. "Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi Zara?" Rendy berusah